Sunday, 24 April 2016

WAHAI ANGIN SAMPAIKAN SALAMKU PADA LAYLA!

Wahai angin sampaikan salamku pada Layla!
Tanyakan padanya apakah dia masih mau berjumpa denganku?
Apakah ia masih memikirkan diriku?
Bukankah telah kukorbankan kebahagiaanku demi dirinya?
Hingga diri ini terlunta-lunta, sengsara di padang pasir gersang
Wahai kesegaran pagi yang murni dan indah!
Maukah engkau menyampaikan salam rindu pada kekasihku?
Belailah rambutnya yang hitam berkilau
Untuk mengungkapkan dahaga cinta yang memenuhi hatiku
Wahai angin, maukah engkau membawakan keharuman
rambutnya padaku
Sebagai pelepas rindu
Sampaikan pada gadis yang memikat hati itu
Betapa pedih rasa hatiku jika tidak bertemu dengannya
Hingga tak kuat lagi aku menanggung beban kehidupan
Aku merangkak melintasi padang pasir
Tubuh berbalut debu dan darah menetes
Airmataku pun telah kering
Karena selalu meratap dan merindukannya
Duhai semilir angin pagi, bisikkan dengan lembut salamku
Sampaikan padanya pesanku ini:
Duhai Layla, bibirmu yang selaksa merah delima
Mengandung madu dan memancarkan keharuman surga
Membahagiakan hati yang memandang
Biarkan semua itu menjadi milikku!
Hatiku telah dikuasai oleh pesona jiwamu
Kecantikanmu telah menusuk hatiku laksana anak panah
Hingga sayap yang sudah patah ini tidak mungkin dapat terbang
Berbagai bunga warna-warni menjadi layu dan mati
Karena cemburu pada kecantikan parasmu yang bersinar
Engkau laksana dewi dalam gelimang cahaya
Surgapun akan tertarik untuk mencuri segala keindahan
yang engkau miliki
Karena engkau terlalu indah dan terlalu berharga untuk
tinggal di bumi!

Duhai Layla, dirimu selalu dalam pandangan
Siang selalu kupikirkan dan malam selalu menghiasi mimpi
Hanya untukmu seorang jiwaku rela menahan kesedihan
dan kehancuran
Jeritanku menembus cakrawala
Memanggil namamu sebagai pengobat jiwa, penawar kalbu
Tahukah engkau, tahi lalat di dagumu itu seperti sihir
yang tidak bisa aku hindari
Ia menjadi sumber kebahagiaan yang telah memikatku
untuk selalu mengenangmu
Membuat insan yang lemah ini tidak lagi mempunyai jiwa
Karena jiwaku telah tergadaikan oleh pesonamu yang memabukkan
Jiwaku telah terbeli oleh gairah dan kebahagiaan cinta
yang engkau berikan
Dan demi rasa cintaku yang mendalam
Aku rela berada di puncak gunung salju yang dingin seorang diri
Berteman lapar, menahan dahaga
Wahai kekasihku, hidupku yang tidak berharga ini suatu saat akan lenyap
Tapi biarkan pesonamu tetap abadi selamanya di hatiku

(Petikan daripada buku Laila dan Majnun tulisan Nizami Ganjavi pada Bab III, hlm. 21-23, situasi ketika Qays mulai sering meninggalkan rumah, hidup sendirian di padang pasir gersang atau hutan belantara yang berbahaya. Ia tidak lagi merawat tubuh, membiarkan rambut memanjang dan ke sana-kemari bertelanjang dada. Saat berjalan di kampung-kampung, orang-orang akan memanggilnya dengan Majnun, si gila. Dan anak-anak kecil akan mengikuti langkahnya dari belakang sambil melempari batu. Meski demikian dari mulutnya yang kering tetap keluar syair-syair yang indah)

Sumber: http://kepadapuisi.blogspot.my/

-HE-

No comments:

Post a Comment